Masalah sampah rumah tangga terus menjadi perhatian di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Banjarwangi. Di tengah pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi yang meningkat, persoalan pengelolaan sampah kini menjadi tantangan serius bagi lingkungan. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Garut tahun 2024, volume sampah di wilayah pedesaan meningkat sekitar 8–10% per tahun, sebagian besar berasal dari aktivitas rumah tangga. Jika tidak segera ditangani, permasalahan ini dapat mengancam kebersihan lingkungan, kesehatan masyarakat, dan keindahan alam Banjarwangi yang dikenal asri.
Kondisi Terkini Pengelolaan Sampah di Banjarwangi
Sampah rumah tangga di Banjarwangi didominasi oleh sisa makanan, plastik kemasan, kertas, dan botol. Berdasarkan catatan DLH, setiap rumah tangga menghasilkan sekitar 0,4 kilogram sampah per hari. Jika dikalikan dengan jumlah penduduk, totalnya mencapai ratusan kilogram setiap minggu.
Namun, sebagian besar sampah tersebut belum dipilah. Banyak warga yang mencampur sampah organik dan anorganik menjadi satu, sehingga menyulitkan proses daur ulang. Keterbatasan fasilitas Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan armada pengangkut juga menjadi kendala utama. Akibatnya, sebagian masyarakat memilih membakar sampah di pekarangan rumah, yang berpotensi mencemari udara dan membahayakan kesehatan.
Dampak Sampah Rumah Tangga Terhadap Lingkungan

Sampah yang tidak dikelola dengan baik menimbulkan dampak besar terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat Banjarwangi. Salah satu dampak paling nyata adalah pencemaran air dan tanah akibat limbah rumah tangga yang dibuang sembarangan.
1. Pencemaran Sungai dan Saluran Air
Ketika musim hujan tiba, banyak sampah plastik terbawa aliran air menuju sungai. Sampah tersebut menumpuk dan menyumbat saluran, menyebabkan genangan air dan potensi banjir di beberapa titik.
2. Risiko Kesehatan Meningkat
Lingkungan yang kotor menjadi sarang nyamuk, lalat, dan tikus. Hewan ini membawa risiko penyakit seperti demam berdarah dan diare. Penumpukan sampah juga menimbulkan bau tak sedap yang menurunkan kenyamanan hidup warga.
3. Penurunan Estetika Lingkungan
Banjarwangi dikenal memiliki pemandangan alam indah. Namun, keberadaan tumpukan sampah di pinggir jalan dan sungai dapat mengurangi daya tarik wilayah ini. Dalam jangka panjang, hal ini juga bisa berdampak pada potensi wisata lokal.
Upaya Pemerintah dan Warga Banjarwangi
Dikutip dari laman dlhsukoharjo.id, Pemerintah desa bersama Dinas Lingkungan Hidup telah menginisiasi sejumlah program untuk menekan volume sampah rumah tangga. Salah satu di antaranya adalah program gotong royong mingguan yang melibatkan seluruh warga untuk membersihkan area pemukiman dan fasilitas umum. Upaya ini bukan sekadar kegiatan kebersihan, tetapi juga edukasi untuk membangun kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
1. Edukasi Lingkungan di Sekolah
Sejumlah sekolah di Banjarwangi telah menerapkan program Adiwiyata. Melalui program ini, siswa belajar memilah sampah organik dan anorganik. Pendidikan sejak dini ini diharapkan mampu menumbuhkan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan.
2. Pembentukan Bank Sampah
Warga di beberapa dusun telah membentuk bank sampah yang dikelola secara mandiri. Melalui inisiatif ini, sampah plastik dan kardus dikumpulkan, ditimbang, dan ditukar dengan uang atau barang kebutuhan pokok. Langkah ini tidak hanya mengurangi timbunan sampah, tetapi juga memberi nilai ekonomi tambahan bagi warga.
3. Peran Dinas Lingkungan Hidup
DLH Kabupaten Garut berperan penting dalam menyediakan pelatihan pengelolaan sampah. Salah satu programnya adalah pelatihan pembuatan kompos dari sampah organik rumah tangga. Dengan pendekatan ini, masyarakat dapat mengolah limbah menjadi pupuk alami yang bermanfaat untuk pertanian.
Tantangan dalam Mengubah Perilaku Masyarakat
Perubahan perilaku masyarakat menjadi tantangan terbesar dalam upaya mengelola sampah di Banjarwangi. Banyak warga yang masih memandang urusan sampah sebagai tanggung jawab pemerintah saja.
1. Rendahnya Kesadaran Memilah Sampah
Sebagian besar masyarakat belum terbiasa memilah sampah karena merasa repot atau belum memahami manfaatnya. Padahal, langkah sederhana ini dapat memudahkan pengelolaan dan mengurangi beban TPS.
2. Kurangnya Sarana dan Prasarana
Tidak semua wilayah memiliki tempat pengumpulan sampah terpusat. Hal ini menyebabkan sebagian warga memilih membakar sampah, yang justru memperburuk polusi udara.
3. Edukasi yang Belum Merata
Program sosialisasi dari DLH belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Diperlukan pendekatan berbasis komunitas agar pesan tentang pentingnya pengelolaan sampah tersampaikan lebih efektif.
Solusi Menuju Banjarwangi Bebas Sampah
Untuk mewujudkan Banjarwangi yang bersih, berbagai solusi perlu diterapkan secara berkelanjutan dan terarah. Kolaborasi antarwarga, pemerintah, dan lembaga pendidikan menjadi kunci keberhasilan.
1. Penerapan Prinsip 3R
Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) harus diinternalisasi di tingkat rumah tangga. Reduce berarti mengurangi barang sekali pakai, Reuse menekankan penggunaan ulang barang yang masih bisa dimanfaatkan, sedangkan Recycle mengubah barang bekas menjadi produk baru yang berguna.
2. Pemanfaatan Komposter Rumah Tangga
Dinas Lingkungan Hidup dapat memperluas pelatihan penggunaan komposter sederhana. Dengan alat ini, sampah organik bisa diolah menjadi pupuk alami untuk kebun rumah atau pertanian warga.
3. Kolaborasi Lintas Sektor
Pemerintah desa, sekolah, komunitas, dan kelompok pemuda perlu bekerja sama dalam program kampung hijau. Misalnya, mengadakan lomba kampung bersih, pelatihan daur ulang, hingga pengembangan UMKM berbasis pengelolaan sampah.
Peran Masyarakat dalam Mewujudkan Lingkungan Bersih
Kunci keberhasilan pengelolaan sampah terletak pada partisipasi masyarakat. Setiap individu memiliki tanggung jawab terhadap kebersihan lingkungannya.
1. Kebiasaan Ramah Lingkungan
Warga dapat memulai dengan langkah sederhana seperti membawa kantong belanja sendiri, menghindari plastik sekali pakai, dan tidak membuang sampah sembarangan.
2. Gerakan Sosial dan Kampanye Hijau
Kampanye melalui media lokal, tempat ibadah, dan sekolah dapat menumbuhkan budaya malu membuang sampah sembarangan. Pendekatan ini memperkuat nilai moral dan sosial dalam menjaga lingkungan.
3. Dukungan Komunitas dan Pemuda
Kelompok pemuda di Banjarwangi bisa menjadi motor penggerak kegiatan lingkungan. Misalnya dengan mengadakan aksi pungut sampah atau pelatihan daur ulang kreatif.
Kesimpulan
Sampah rumah tangga masih menjadi tantangan utama bagi lingkungan Banjarwangi. Volume yang terus meningkat, kurangnya sarana pengelolaan, dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi persoalan yang harus dihadapi bersama. Namun, dengan dukungan aktif Dinas Lingkungan Hidup, penerapan prinsip 3R, serta kolaborasi antarwarga dan pemerintah desa, perubahan positif bisa terwujud.
Banjarwangi memiliki potensi besar untuk menjadi contoh daerah yang berhasil mengelola sampah secara mandiri. Dengan langkah kecil yang konsisten di tingkat rumah tangga, masa depan Banjarwangi yang bersih dan hijau bukan lagi sekadar harapan, tetapi kenyataan yang bisa dicapai.